Batu Granit Pulau Belitung


PARADISE BELITUNG TRAVEL -Kemunculan batu-batu granit di Kepulauan Bangka Belitung dalam bentuk bongkah-bongkah raksasa menarik perhatian. Secara geologi, batu-batu granit raksasa tersebut sebenarnya merupakan bagian dari suatu tubuh batuan beku yang menjadi batuan dasar Indonesia bagian barat yang disebut sebagai batolit. Sebaran batu granit ini sebenarnya tidak hanya dijumpai di Bangka Belitung saja, tetapi juga muncul di Kepulauan Riau hingga Semenanjung Malaysia, serta di kepulauan Natuna. Selain di tempat-tempat tersebut, batuan dasar yang berada di bawah Selat Karimata hingga Laut Cina Selatan, termasuk di sebagian Kalimantan bagian barat, juga tersusun dari batu granit. Secara geologi, batuan granit ini berumur Trias hingga Kapur, atau terbentuk kira-kira antara 200 juta tahun hingga 65 juta tahun yang lalu (Peta Geologi Lembar Belitung, Baharuddin dan Sidarto, 1995). 

Batuan ini merupakan hasil pembekuan magma yang bersifat asam, yaitu dengan kandungan silika yang tinggi lebih dari 65%. Dari peta geologi terlihat bahwa granit tertua berumur Trias (Triassic) tersebar di Belitung bagian barat laut, termasuk di Pantai Tanjungtinggi, Pulau Kepayang dan Pulau Lengkuas. Singkapannya dengan bongkah-bongkah besar berwara abu-abu terang, berkristal kasar hingga sangat kasar. Granit ini kaya akan mineral kasiterit primer. Umur absolutnya menurut penyelidikan Priem et al. 1975 (dalam Baharuddin dan Sidarto, 1995) 208 – 245 juta (Zaman Trias). Intrusi granit berikutnya berumur Zaman Jura (Jurasic)tersebar terutama di bagian selatan Belitung, di Pantai Penyabong, termasuk juga Bukit Baginde, dan Pantai Klumpang.

Granit ini pada peta geologi disebut Adamelit Baginda denganwarna abu-abu hingga kehijauan, berbutir kasar hingga sangat kasar dan banyak dijumpai xenolit (batuan lain yang masuk ke dalam intrusi) dan tidak mengandung kasiterit. Umur absolutnya menurut penyelidikan Priem et al. 1975 (dalam Baharuddin dan Sidarto, 1995) 106 – 208 – 245 juta (Zaman Jura). Intrusi granit paling muda adalah berumur Kapur (Cretaceous) tersebar di timur laut pulau Belitung, di Pantai Burungmandi dan Gunung Bolong – Tanjung, yang lebih intermedier dan dikenal sebagai Granodiorit Burungmandi, serta dalam sebaran terbatas di Gunung Batubesi dan Air Dengong sebagai Diorit Kuarsa Batubesi. Warnanya umumnya lebih gelap karena lebih banyak kandungan mineral berwarna gelap felspar. Butirannya sedang, tidak kasar. Umur absolutnya menurut penyelidikan Priem et al. 1975 (dalam Baharuddin dan Sidarto, 1995) 115 – 106 juta (Zaman Kapur).

Seluruh intrusi granit, granodiorit dan diorit ini menerobos batuan sedimen yang terlebih dahulu diendapkan pada Masa Paleozoik (Permo-Karbon), yaitu Formasi Kelapakampit berupa selang-seling batupasir-batulempung dan sisipan batuan sedimen lain, serta Formasi Tajam berupa batupasir kuarsa dengan sisipan batulanau. Itulah sebabnya kedua formasi batuan sedimen ini mengalami proses metamorfosis sehingga berubah menjadi metasedimen yang lebih keras. Selain itu formasi-formasi ini diterobos oleh urat-urat kuarsa yang banyak membawa mineral bijih primer kasiterit. Dari sisi mineralogi, jika kita amati batu granit, maka kita akan jumpai banyak mineral yang mudah dikenal, yaitu yang berwarna terang seperti kaca dengan bentuk tidak beraturan yang disebut sebagai mineral kuarsa.

Mineral lain yang biasanya muncul pada granit adalah K-felspar atau orthoklas dan plagioklas yang biasanya dicirikan oleh mineral-mineral memanjang berwarna coklat, merah muda pucat, atau putih. Mineral lain adalah biotit yang berwarna coklat pucat dengan bentuk pipih tipis sehingga disebut juga sebagai mika. Mineral lain dalam persentase yang sangat kecil adalah mineral-mineral mafik golongan felspar yang berwarna gelap, seperti hornblenda atau piroksen. Pada beberapa bongkah batu granit, kita juga sering menemukan batu lain yang tertanam di dalam granit. Batu lain ini juga berupa granit dengan warna atau tekstur yang berbeda. Dalam geologi batu yang tertanam di dalam granit disebut sebagai xenolit yang berarti batu asing. Proses kejadiannya adalah ketika magma menerobos ke atas (intrusi), sebagian batuan lain yang diterobos terpecah dan bongkahannya masuk ke dalam magma. Ketika seluruh magma ini membeku menjadi granit, batuan asing yang tercebur ke dalam magma itu pun ikut membeku bersama granit. Jenis granit dengan banyak xenolit biasanya juga mempunyai bentuk-bentuk kristal yang kasar. Granit seperti ini mempunyai istilah sendiri yang disebut sebagai pegmatit.

Granit membeku jauh di bawah permukaan Bumi pada kedalaman puluhan kilometer. Digolongkan kedalam batuan beku dalam yang membnetuk batolit. Oleh proses tektonik, batuan-batuan ini mengalami pengangkatan, bahkan beberapa mengalami pematahan dan peretakan. Akibat dari proses tektonik tersebut, batu granit yang tadinya berasal jauh di bawah permukaan Bumi, muncul ke permukaan Bumi. Selama proses pengangkatan granit dari bawah Bumi, tubuh granit mengalami deformasi. Tubuhnya retak-retak. Ketika tubuh granit yang retak-retak ini muncul di permukaan Bumi, proses pelapukan dan erosi atau abrasi mengikisnya melalui retakan-retakan. Akibat proses ini yang terjadi berulang-ulang selama ratusan hingga ribuan tahun, batu granit yang muncul di permukaan seolah-olah merupakan bongkah batuan yang terpisah-pisah. Padahal bongkah batu granit raksasa ini sebenarnya hanya bagian atas dari tubuh sangat besar batu granit yang ada di bawah permukaan Bumi.

Informasi dari para penyelam di sekitar Belitung, menyatakan bahwa tubir-tubir bawah laut terdiri dari lereng-lereng terjal batu granit yang menyambung antara satu pulau dengan pulau lainnya. Dari informasi para penyelam ini, informasi geologi terkonfirmasi bahwa pada kenyataannya, semua tubuh granit yang tersebar di Bangka-Belitung, Kepulauan Riau, Singapura, Semenanjung Malaysia, di bawah Selatan Karimata dan Laut Cina Selatan, Pulau Natuna dan sebagain Kalimantan Barat, menyatu. Dalam geologi dikenal sebagai batolit seperti telah diterangkan di awal tulisan ini.
Share on Google Plus

About cristoper

0 komentar:

Posting Komentar